Selasa, 18 September 2012


Tradisi Bau Nyale


BERLATAR dari sebuah legenda tentang Putri Mandalika, warga Lombok menggelar bau nyale setiap tahunnya pada bulan purnama. Tahun ini, tradisi bau nyale kembali digelar dan siap menyedot wisatawan.


Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, memiliki sebuah kawasan wisata pantai yang sangat indah dan ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun asing. Kawasan tersebut adalah Pantai Seger Kuta, terletak di bagian selatan Pulau Lombok, sekira 65 kilometer dari Mataram. Selain panorama alamnya, kejernihan pantai ini juga menjadikannya ideal untuk berenang.



Ada satu daya tarik tak kalah eksotis bagi wisatawan Pantai Seger Kuta. Setiap tahun, tepatnya antara Februari dan Maret, pantai ini menggelar sebuah pesta atau upacara bernama bau nyale. Kata "bau" berasal dari bahasa Sasak berarti "menangkap" sedangkan kata "nyale" berarti sejenis cacing laut yang hidup di lubang-lubang batu karang di bawah permukaan laut.

Pesta bau nyale adalah tradisi yang melegenda dan mempunyai nilai sakral tinggi bagi suku Sasak, suku asli Pulau Lombok. Keberadaan pesta ini berkaitan erat dengan sebuah cerita rakyat yang berkembang di daerah Lombok Tengah bagian selatan, tepatnya pada masyarakat Pujut, sebuah kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Lombok Tengah.

Cerita berkisah tentang seorang putri yang sangat arif bernama Putri Mandalika. Ia adalah putri dari seorang raja yang pernah memerintah negeri Lombok. Wajahnya yang elok, tubuhnya yang ramping, dan perangainya yang baik membuat para pengeran dari berbagai negeri berkeinginan untuk memperistrinya. Setiap pangeran yang datang melamar, ia tak pernah menolaknya.

Namun, antara pangeran yang satu dan pangeran lainnya keberatan jika sang putri diperistri oleh banyak pangeran. Hal inilah yang dikhawatirkan Putri Mandalika menjadi pemicu terjadinya perang antara pangeran. Sang putri gelisah dan selalu termenung memikirkan cara mencegah pertumpahan darah.

Agar tak terjadi perang, Putri Mandalika pun menyerahkan cintanya untuk seluruh pangeran dan rakyatnya. Melalui sebuah peristiwa alam, yang ditandai dengan angin besar, suara gemuruh dan hujan deras, di saat bulan purnama, sang putri menenggelamkan dirinya ke laut. Tidak seorang pun dapat menemukan sang putri. Sebaliknya, yang muncul adalah nyale, sejenis cacing laut yang muncul dari bebatuan di pagi harinya. Dipercaya jika nyale yang warnanya sangat indah merupakan jelmaan Putri Mandalika.

Berdasarkan legenda itu, kini setiap tahunnya masyarakat Lombok menggelar pesta bau nyale. Jumlah cacing yang diperoleh dianggap tanda baik dan buruk nasib dan rejeki seseorang. Hasil tangkapan nyale ini dapat dinikmati masyarakat.


Tahun ini, tradisi bau nyale dilaksanakan pada Minggu, 12-23 Februari 2012 malam. Dalam menyambut pesta bau nyale, selama sepekan masyarakat Lombok mengadakan berbagai pesta budaya. Berbagai ritual dan acara budaya digelar di daerah Pantai Seger Kuta, Lombok Tengah, dan pantai Kaliantan, Desa Pemongkong, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur.


Selain menangkap cacing, festival ini juga akan menampilkan lomba tradisional seperti Bekayaq, Cilokaq, Peresean, Begambus, berbalas pantun, dan lomba mendayung perahu. Ada juga pertunjukan kesenian, seperti wayang kulit, penginang robek, dan teater legenda Putri Nyale.



Oleh karena itu penduduk setempat percaya, bahwa nyale bukan hanya cacing biasa, tetapi dianggap sebagai makhluk suci yang membawa kesejahteraan bagi mereka yang menghormatinya atau kemalangan bagi mereka yang mengabaikannya.



Menjadi bagian dalam acara ini, Anda bisa merasakan kedekatan dan keceriaan penduduk setempat dalam balutan budaya eksotis dengan latar belakang pandangan pulau yang indah dan magis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar